PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
- Rencana Penelitain dan Pelaksanaa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dalam
tahap PTK, langkah merencanakan merupakan langkah pertama. Tanpa rencana,
kegiatan yang kita lakukan tidak akan terarah atau sering disebut dengan
“ngawur”. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Melakukan
tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan dari rencana yang kita buat.
Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah terjadi
kenyataan.
Spiral Penelitian Tindakan Kelas |
Dalam bab
ini, kita akan mengkaji dua tahap, yaitu tahap merencanakan dan melakukan
tindakan dengan 4 langkah utama yaitu :
a)
Mengidentifikasi masalah
b)
Menganalisis dan merumuskan masalah
c)
Merencanakan PTK
d)
Melaksanakan PTK
Keempat langkah ini merupakan
langkah yang berurutan; artinya langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu
sebelum langkah kedua dilaksanakan, demikian seterusnya. Langkah pertama dan
kedua merupakan bagian awal dari merencanakan perbaikan, sedangkan langkah yang
ketiga merupakan prasyarat untuk langkah yang keempat.
a)
Mengidentifikasi
Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang
dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu karateristik
PTK yang telah dipelajari pada Modul 1, yaitu masalah berasal dari orang yang
terlibat dalam praktik, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru
merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang jika dibiarkan akan
berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya ada sekelompok
siswa yang secara terus menerus membuat kesalahan yang sama, ada siswa yang
suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun secara drastis.
Setelah guru menyadari masalah yang dirasakan, guru
dapat mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Untuk menjawab pertanyaan itu,
guru perlu merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadi di dalam
kelas. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran yang
tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah
menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang
menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi
masalah.
Jika masalah sudah teridentifikasi, mungkin muncul
pertanyaan, masalah mana yang mungkin dipecahkan melalui PTK? Apakah semua
masalah layak dipecahkan melalui PTK? Untuk menjawab pertanyaan ini,
rambu-rambu dapat dijadikan pegangan.
Bidang yang layak dijadikan fokus PTK adalah
yang :
1.
Melibatkan
kegiatan belajar mengajar
2.
Mungkin
ditangani guru
3.
Sangat
menarik minat guru
4.
Ingin
diubah/diperbaiki oleh guru
b)
Menganalisisi
dan Merumuskan Masalah
Setelah
masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat
merumuskan masalah dengan jelas. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang
kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula
dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir,
atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua
ini tergantung dari jenis masalah yang kita identifikasi. Misalkan, jika
masalah yang kita identifikasi adalah rendahnya motivasi belajar siswa,
barangkali yang perlu kita analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa,
catatan, harian kita tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah
pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita mendapat gambaran yang jelas
tentang perilaku mengajar kita.
c)
Merencanakan
Perbaikan
Langkah-langkah
dalam menyusun rencana adalah sebagai berikut :
1) Rumuskan cara perbaikan yang akan
ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan.
Hipotesis
tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah.
Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian
hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi
dengan teman sebaya atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri
sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai
alternative tindkaan. Selanjutnya guru perlu mengkaji setiap alternative,
terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan
pelaksanaannya. Akhirnya dengan mempertimbangakan hasil kajian guru memilih
alternative yang dianggap paling layak.
2) Analisis Kelayakan Hipotesis
Tindakan
Setelah
menetapkan alternative hipotesis yang terbaik, hipotessis ini masih perlu
dikaji kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya yaitu :
a.
Kemampuan
dan komitmen guru sebagai actor pelaksana karena pelaksanaan PTK memang harus
tumbuh dari keinginan guru sendiri.
b.
Kemampuan
dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut.
c.
Ketersediaan
sarana atau fasilitas yang diperlukan.
d.
Iklim
belajar dan iklim kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai
kebiasaan guru, siswa dan personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau
kegiatan akademik, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan personil
sekolah dalam menyikapi tugas-tugasnya.
d)
Melaksanakan
PTK
Langkah-langkah
dalam melaksanakan PTK yaitu sebagai berikut :
1) Menyiapkan pelaksanaan
a. Membuat rencana pembelajaran beserta
skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah
yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
b. Menyiapkan fasilitas atau sarana
pendukung yang diperlukan
c. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan
dengan proses dan hasil perbaikan. Guru harus menetapkan indicator
keberhasilan.
d. Jika perlu, guru mensimulasikan
pelaksanaan tindakan. Guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau
berkolaborasi denan dosen LPTK.
2) Melaksanakan tindakan
Agar pelaksanaan dapat berlangsung
dengan baik dan terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip yang oleh
Hopkins (1993) disebut dengan kriteria PTK yang dilakukan oleh guru sebagai
berikut :
a.
Pekerjaan
utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu metodologi penelitian yang sedang
dilakukan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Guru tidak boleh
mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya. Guru harus
selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan
hasil belajar sisiwa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi
sebagai nuansa profesional yang semestinya member nila tambah bagi guru dan
bagi pembelajaran yang dikelolanya.
b.
Cara
pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu
guru,sehingga guru sampai kehabisan napas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus
disertai dengan observasi dan interpretasi dan pengumpul data yang paling
baik adalah guru. Guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder
atau meminta bantuan teman sejawat.
c.
Metodologi
yang diterapkan haruslah reliable atau handal, sehingga memungkinkan guru
mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi kelasnya.
d.
Masalah
yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru.
e.
Sebagai
peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait
dengan tugas-tugasnya.
f.
PTK
harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Artinya semua personil
sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK dan apa yang ingin dicapai
melalui PTK.
Dalam pelaksanaan PTK observasi dan
interpretasi terhadap proses dan hasil belajar harus dilaksanakan secara
bersamaan. Ini berarti bahwa guru harus mampu melaksanakannya secara cepat
sehingga penyesuaian-penyesuaian dapat dilakukan jika perlu.
- Pengumpulan dan Analisis Data, serta Tindak Lanjut
a) Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh guru
sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Data dapat dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara, catatan harian, angket dan sebagainya.
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat menentukan
dalam PTK. Oleh karena itu, observasi akan kita kaji secara mendalam, sedangkan
teknik lainnya akan kita bahas secara singkat.
1)
Observasi
dan Interpretasi
Pelaksanaan tindakan disertai dengan
observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi terhadap data tentang
proses dan hasil tindakan, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan tindakan dan
obserevasi/ interpretasi berlangsung simultan. Artinya data yang diamati
tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Namun, perlu
dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang
hanya merupakan rekaman faktual tanpa memerlukan interpretasi, sehingga
pengamat cukup hanya merekam apa yang dilihat tanpa perlu memberi makna kepada
hasil rekamannya.
Selanjutnya, dalam langkah persiapan
pelaksanaan disebutkan salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah cara
perekaman data. Artinya apa yang harus direkam dan bagaimana merekamnya harus
ditentukan secara jelas. Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data
adalah dengan observasi atau pengamatan.
Agar kajian menjadi sistematis,
observasi ini akan dibahas mulai dari prinsip dan jenis- jenisnya, tujuannya
serta prosedurnya.
a. Prinsip dan jenis observasi
Hopkins (1993) menyebutkan ada lima
prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi:
i.
Perencanaan
Bersama
Observasi yang baik diawali dengan
perencanaan bersama antara pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini antara
teman sejawat yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar.
ii.
Fokus
Fokus pengamatan yang luas akan
menyebabkan pengamat lebih banyak mengandalkan pertimbangan yang bersifat
subjektif dalam menafsirkan data, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi
guru yang diamati, kecuali jika berbagai hal telah disepakati sebelumnya.
Sebaliknya, fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan profesional guru.
iii.
Membangun
Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru,
jika kriteria keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati
sebelumnya.
iv.
Keterampilan
Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki
minimal tiga keterampilan, yaitu : (1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu
cepat memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat
menciptakan suasana yang menakutkan guru atau siswa; dan (3) menguasai berbagai
teknik untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta
alat/ instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu.
v.
Balikan
(Feedback)
Hasil observasi dapat dimanfaatkan
jika ada balikan yang tepat, yang disajikan dengan memperhatikan hal- hal
berikut:
a. Diberikan segera setelah pengamatan,
dalam bentuk diskusi
b. Balikan diberikan berdasarkan data
faktual yang direkam secara cermat dan sistematis.
c. Data diinterpretasikan sesuai dengan
kriteria yang sudah disepakati sebelumnya.
d. Guru yang diamati diberi kesempatan
pertama untuk menafsirkan data.
e. Diskusi mengarah kepada perkembangan
strategi untuk membangun apa yang telah dipelajari.
Dilihat dari cara melakukannya,
observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Observasi Terbuka
Dalam observasi terbuka, pengamat
tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong
untuk merekam pelajaran yang diamati.
2. Observasi Terfokus
Observasi terfokus secara khusus
ditujukan untuk mengamati aspek- aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya,
yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, dampak penguatan bagi
siswa, atau jenis pertanyaan yang diajukan guru.
3. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur menggunakan
instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya
tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang disediakan.
4. Observasi Sistematik
Observasi sitematik lebih rinci dari
observasi terstruktur dalam kategori data yang diamati. Misalnya dalam
pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
b. Tujuan/ sasaran observasi
Secara umum, observasi bertujuan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam
penelitian formal, observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang valid dan
reliabel (sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab
berbagai pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Yang menjadi sasaran
observasi dalam PTK adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang
direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramatai
diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk untuk menata kembali langkah-
langkah perbaikan.
c. Prosedur observasi
Pada dasarnya, prosedur atau
langkah- langkah observasi terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan,
observasi dan diskusi balikan. Ketiga tahap ini sering disebut siklus
pengamatan, yang populer dipakai dalam supervisi klinis.
1.
Pertemuan
Pendahuluan
Dilakukan sebelum observasi
berlangsung. Tujuannya adalah untuk menyepakati berbagai hal yang berkaitan
dengan pelajaran yang akan diamati dan observasi yang akan dilakukan. Langkah-
langkah dan konteks pembelajaran, fokus observasi, kriteria observasi, lama
pengamatan, cara pengamatan, dan sebagainya dapat disepakati dapat disepakati
pada pertemuan pendahuluan ini.
2.
Pelaksanaan
Observasi
Observasi dilakukan terhadap proses
dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar
guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Pengamat
merekam/ menginterpretasikan data sesuai dengan kesepakatan dan berusaha
menciptakan suasana yang mendukung berlangsungnya proses perbaikan.
3.
Diskusi
Balikan
Pertemuan balikan dilakukan segera
setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir. Dalam pertemuan ini, guru dan
pengamat berbagi informasi yang dikumpulkan selama pengamatan,
mendiskusikan/menginterpretasikan informasi tersebut, serta mengambil tindakan
lebih lanjut jika diperlukan.
Agar ketiga tahap observasi ini
dapat berlangsung secara efektif, maka perlu memperhatikan beberapa prinsip
berikut ini, yang berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993):
Pertama: hubungan antara guru dan pengamat
dapat berlangsung dalam iklim yang menyenangkan dan saling membantu. Kedua:
fokus kegiatan pengamatan haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan
mendorong keberhasilan strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau
kritik teerhadap kepribadian atau perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga:
proses didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data obsevasi, bukan pada
keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan sasaran observasi.
Keempat: guru hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentnang
pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu membuat
hipotesis yang dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang. Kelima:
setaiap tahap dari tiga tahap observasi merupakan proses yang berlanjut dan
yangsatu selalu bertumpu pada yang lain. Terakhir: guru dan pengamat
bersama-sama terlibat dalam proses pertumbuhan profesional yang saling
menguntungkan. Kemampuan mengajar dan keterampilan mengobservasi akan meningkat
dengan melaksanakan ketiga tahap observasi secara benar.
2)
Catatan
Harian, Rekaman, Angket, dan Wawancara
Disamping data yang dikumpulkan
dengan observasi, masih banyak data pembelajaran yang dapat dikumpulkan dengan
berbagai teknik lain, seperti catatan harian guru, catatan harian siswa,
rekaman denga tape recorder, angket, wawancara, dan berbagai dokumen
yang terkait dengan siswa. Catatan harian guru yang sering disebut field
note, dibuatoleh guru segera setelah pembelajaran selesai. Guru dapat
mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran, seperti partisipasi
siswa yang dianggap istimewa, reaksi guru yang menimbulkan berbagai resppons
dari siswa yang dianggap istimewa, atau kesalahan yang dibuat oleh siswa karena
guru membuat kekeliruan. Catatan ini akan sangat berharga bagi guru
karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan refleksi guru terhadap
pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu, catatan harian guru dapat
merupakan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
Perhatikan contoh catatan harian guru berikut ini:
|
Catatan harian siswa merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa secara bebas tentang pelajaran tertentu. Catatan ini dapat berisi segala pendapat, reaksi, atau bahkan mungkin saran siswa tentang pembelajaranyang dihayatinya. Guru dapat meminta siswa mengumpulkan catatan harian tersebut sewaktu-waktu tertentu, sehingga guru dapat memanfaatkannya dalam memperbaiki pembelajara.
Rekaman dengan tape recorder merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan data penting yang berkaitan denga interaksi
di dalam kelas. Misalnya, untuk mendapatkan data tentang kualitas pertanyaan
atau respon siswa dalam diskusi, teknik rekaman merupakan teknik yang cukup
efektif, meskipun untuk mengubahnya ke dalam transkip memerlukan waktu ynang
cukup banyak. Angket atau kuesioner dapat digunakan menjaring pendapat siswa
tentang pembelajaran, asal dibuat secara sederhana dan juga memuat pertanyaan
yang direspons secara bebas(terbuka) oleh siswa.
|
Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkap pendapat siswa tentang pemebelajarn. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi anatara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara antara pengamat dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi balikan. Agar wawancara dapat berlangsung efektif, suasana yang kondusif harus diciptakan terlebih dahulu. Terakhir, bukti-bukti berupa dokumen, seperti hasil belajar siswa, yang dapat berupa tugas, hasil latihan, atau ulangan dapat dimanfaatkan sebadai data yang dapat memberi informasi tentang kualitas perbaikan.
b) Analisis Data Dan Refleksi
1)
Analisis
Data
Salah satu ciri guru yang
profesional adalah mampu mengambil keputusan, baik sebelum, selama, maupun
setelah pembelajaran berlangsung. Keputusan yang yang diambil didasarkan pada
berbagai pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber. Dalam kaitan denga
PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang dikumpulkan baik memalui
observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna sebagai dasar
untuk mengambil keutusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna.
Analisis data pada tahap ini agak
berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Jika
interpretasi dilakukan pada setiap saatobservasi dan pada pertemuan atau
diskusi balikan, maka analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan
setelah diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika perbaikan ini
direncanakan untuk enam kali pemberlajaran, maka analisis data dilakukan
setelah keenam pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap
pembelajaran akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan
penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara
keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis
perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara
bertahap, pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan
atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. Pada
tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena
itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data
diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertany aan penelitaian yang ingin
dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisir ini dideskripsikan
sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya,
berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam
bentuk pertanyaan atau formula singkat.
2)
Refleksi
Refleksi dilakukan melalui analisis
dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisa dilakukan dengan merenungkan
kembali secara intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan
munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapakan. Misalnya, dalam
paparan data tercantum bahwa terdapat tiga kali interaksi yang sangat seru
antar siswa. Guru mencoba mengingatkan kembali apa yang memicu terjadinya
interaksi yang seru tersebut. Dari hasil refleksi guru menemukan bahwa
interaksi tersebut berawal dari pertanyaan guru yang menentang siswa untuk
berpikir menemukan cara untuk mengantisipasi datangnya bencana alam. Pertanyaan
itu ditanggapi oleh seorang siswa, kemudian guru meminta tanggapan dari siswa
lain. Akhirnya tanpa diminta, siswa lain menanggapi pendapat temannya. Guru
mencoba mensintesiskan kejadian tersebut, dan sampai pada kesimpulan bahwa
jenis pertanyaan dan teknik memindahklan giliran dapat meningkatkan partisipasi
siswa. Berdasarkan renungan tersebut, guru berencana akan menggunakan teknik
memindahkan giliran secara teratur. Namun, guru juga menyadari, interaksi yang
sangat seru tersebut mengundang munculnya iklim yang kurang sehat karena siswa
secara bebas menanggapi pendapat temannya, sehingga ada yang menyinggung
perasaan. Guru kembali mengingatkan mengapa hal tersebut sampai terjadi. Dari
hasil renungan tersebut guru menyadari bahwa ia tidak pernah memberi aturan
sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia membiarkan saja para siswa
berbicara tanpa kendali, sehingga suasana yang mengarah ke aiklim yang tidak
sehat tersebut itu terjadi. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut
pada pembelajaran yang akan datang, guru merencanakan akan menyampaikan aturan
diskusi pada awal pelajaran dan mencoba mengendalikan diskusi secara lebih
sistematis.
c) Perencanaan Tindak Lanjut
Sebagaiamana sudah tersirat dalam
tahap analisis data dan refleksi, hasil atua kesimpulan yang didapat pada
analisis data setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tidak
lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang
menjadi kerisauhan guru, maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk
merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru.
Jika ini terjadi maka akan terdapat siklus 2 PTK yang langkah-langkahnya tetap
sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dna interpretasi, serta analisa data dan refleksi. Siklus ini akan
berulang kembali jika pada siklus 2, tindakan perbaikan masih belum berhasil
menjawab masalah yang menajdi kerisauhan guru, atau dengan perkataan lain
perbaikan belum terjadi sesuai dengan yang ditargetkan. Siklus PTK akan
berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu
siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan. Lebih-lebih untuk
tujuan perbaikan yang membutuhkan waktu cukup lama, seperti meningkatkan
kemampuan menulis, maka satu siklus PTK dapat terdiri dari beberapa pertemuan.
B.
MERANCANG
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.
Langkah-Langkah
Perencanaan Penetilian Tindakan Kelas
a.
Langkah-langkah
untuk menemukan dan merumuskan masalah
Menemukan masalah merupakan hal yang
gampang-gampang susah. Ada orang yang sangat tanggap terhadap masalah yang
dihadapinya, namun tidak sedikit yang tidak sadar bahwa ia sedang menghadapi
masalah. Sebagai guru seharusnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
masalah, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang menjadi
tanggungjawab seorang guru. Guru yang tidak menyadari masalah yang terjadi di
dalam kelasnya tentu harus dibantu agar dia sadar bahwa ia mempunyai masalah.
Masalah yang dibiarkan berlarut-larut akan sulit mengatasinya karena sudah
dianggap bukan masalah.
Untuk dapat membuat perencanaan PTK yang
baik harus kembali kepada masalah yang dihadapi sehari-hari dalam melaksanakan
tindak pembelajaran. Masalah merupakan titik berangkat dalam melaksanakan PTK.
Oleh karena itu, dalam merencanakan PTK, langkah awal yang harus ditempuh
adalah mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran sehari-hari.. beberapa
contoh masalah yang mungkin dihadapi sehari-hari antara lain seperti berikut.
·
Dalam
Interaksi Pembelajaran
a) Siswa kurang aktif dalam diskusi
kelas
b) Bila diberikan pertanyaan, siswa mau
mengangkat tangan untuk menjawab
c) Jika ada yang teroaksa menjawab,
jawabannya sering menyimpang
d) Sebagian besar jawaban siswa tidak benar
e) Respon siswa terhdap pendapat siswa
lainnya sangat kurang
f) Pemahaman siswa terhadap pelajaran
rendah
·
Berkaitan
dengan Prestasi Belajar
a) Niali
yang dicapai siswa dalam mata pelajaran kurang memuaskan
b) Siswa
pintar sering mendapat nilai rendah bila diberikan ujian objektif
c) Siswa kurang mampu menerapkan rumus
matematika
·
Disiplin
Belajar
a) Beberapa
siswa tidak mengerjakan tugas rumah
b) Siswa
tidak memperhatikan pelajaran
c) Selama
pelajaran berlangsung, banyak siswa yang mengantuk
d) Siswa banyak yang saling mencontoh ketika diberikan tugas di
kelas
1.
Identifikasi
masalah
Masalah yang dipilih harus
benar-benar masalah pembelajaran dapat diatasi PTK. Identifikasi dapat
dilakukan dengan mengkaji hasil belajar siswa, mengingat kembali proses
pembelajaran, melihat catatan harian yang dibuat pada akhir pelajaran.
Dalam mengidentifikasi masalah harus
memfokuskan masalah tersebut pada aspek tertentu, misalnya akan memfokuskan
masalah pada keadaan ssekolah, manajemen sekolah, proses pembelajaran, metode,
disiplin keals dan sebagainya. Dalam kaitan dengan PTK, dalam kegiatan belajar
ini, masalah akan kita fokuskan pada proses pembelajaran, karena aspek ini
meripakan aspek yang strategis dan merupakan kunci keberhasilan pendidikan.
Untuk mengidentifikasi masalah,
perlu melakukan diagnosis secara umum tentang proses pembelajaran yang
dikelola. Diagnosis dilakukan secara kontinu, dari proses ke proses. Jika
masalah sudah ditemukan maka gunakan kriteria berikut untuk menguji apakah
masalah yang ditemukan layak untuk diatasi melalui PTK (Abimanyu, Tim Pelatih
Proyek PGSM,1999)
a. Jangan memilih masalah yang tidak
dikuasai
b. Ambillah topic yang skalanya kecil
dan relative terbatas
c. Pilih masalah yang dirasakan paling
penting bagi guru dan siswa
d. Usahakan dapat dikerjakan secara
kolaboratif
e. Kaitkan masalah PTK dengan prioritas
rencana pengembangan sekolah
Berdasarkan kriteria tersebut, Anda
pasti sudah menemukan masalah yang memenuhi persyaratan untuk ditangani melalui
PTK. Umpamanya saja Anda telah menemukan masalah seperti berikut.
Contoh 3.1
Anda merasa bingung karena
nilai ualangan siswa Anda pada pelajaran IPS (pada mata pelajaran yang Anda
ajarkan) selalu rendah, rata-rata kurang dari 40. Ini hamper setiap kali
ulangan. Apabila Anda mengajukan pertanyaan, siswa tampak ragu-ragu dan bingung
dank alai menjawab tidak sesuai dengan keinginan Anda.
Contoh
3.2
Ketika Pak Diki menjelaskan
sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang
mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Kemudian, ketika guru
bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorangpun siswa yang menjawab.
Keadaan seperti ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setia pelajaran
IPA. Akibatnya, pada setiap ulangan, skor yang diperoleh siswa selalu rendah.
Contoh 3.3
Pak Muhana, guru Bahasa Indonesia di
SMA II, menjadi bingung karena hampir 70% (27 orang dari 40 siswa) tidak mampu
menggunakan bahasa Indonesia tulis dalam mengungkapkan pikirannya. Selama setengah
semester karangan para siswa banyak yang tidak dapat dipahami karena struktur
kalimat dan pilihan kata yang kurang tepat, disamping penguasaan ejaan yang
masih parah.
Contoh 3.4
Ibu Siti, guru Matematika di SMP 28, sudah
lama merasa menghadapi masalah karena siswa tidak tertarik pada pelajaran dan
menganggap pelajaran Matematika paling sukar. Setiap masuk kelas, banyak siswa
di kelas tersebut yang tidak hadir dengan alasan yang tidak masuk akal.
2.
Menganalisis
Masalah
Contoh masalah di atas dapat
dijadikan sebagai titik tolak untuk melakukan analisis. Analisis ini penting
untuk memperoleh jawaban apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut,
serta apakah masalah tersebut benar-benar memerlukan PTK untuk mengatasinya.
Selain itu, apakah masalah ini sangat mendasar dan menimbulkan masalah lainnya
apabila tidak segera diatasi. Untuk melakukan analisis terhadap suatu masalah,
ada berbagai cara yang dapat dilakukan.
Pertama, merenungkan kembali masalah
tersebut, dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus dijawab sendiri.
Renungan dengan tujuan untuk melihat kepada diri kita sendiri disebut
intropeksi. Dalam melakukan intropeksi, ajukan pertanyaan berikut pada diri
sendiri.
a)
Apakah
dlam menjelaskan materi, saya menggunakan masalah yang cukupp jelas?
b)
Apakah
saya menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti siswa?
c)
Apakah
dalam menjelaskan, saya menggunkan contoh yang cukup?
d) Apakah dalam menjelaskan, saya
menggunakan alat bantu?
e)
Apakah
saya memberitahukan waktu ulangan kepada siswa?
f)
Apakah
siswa mendapat kesempatan untuk bertanya?
g)
Apakah
ada siswa yang meminta penjelasan ulang?
h)
Apakah
saya memberikan latihan penerapan konsep
setelah penjelasan selesai? Apakah saya selalu memeriksa pekerjaan/latihan
siswa dan memberi balikan/masukan untuk perbaikan?
Itulah beberapa pertanyaan yang harus
Anda jawab sendiri, dengan cara merefleksi,merenungkan kembali proses
pembelajaran yang Anda lakukan. Anda dapat menambahkan pertanyaan tersebut
sesuai dengan masalah yang penyebabnya ingin Anda gali.
Kedua, Anda juga dapat bertanya kepada
siswa Anda, apa yang terjadi sehinga nilai ulangan mereka selalu rendah, atau
mengapa mereka tidak tertarik pada pelajaran tersebut? Anda dapat bertanya
langsung kepada siswa, baik dengan wawancara maupun dengan menggunakan
kuesioner. Wawancara mungkin akan lebih efisien dan efektif jika dibandingkan
dengan kuesioner, karena kuesioner memerlukan pers iapan yang lama, serta perlu
dilakukan pengolahan dat ayang juga memerlukan waktu yang cukup panjang.
Sedangkan dengan wawancara Anda dapat langsung bertanya kepada siswa. Beberapa
contohp ertanyaan yang dapat Anda ajukan adalah sebagai berikut.
a)
Mengapa
nilai ulanganmu kurang bagus?
b)
Apakah
kamu mengerti apa yang dijelaskan oleh guru?
c)
Apa
yang sukar ditangkap dari penjelasan guru?
d) Apakah cara guru menjelaskan kurang
menarik?
e)
Apakah
kamu memiliki buku sumber?
f)
Apakah
kamu mencatat penjelasan guru?
g)
Mengapa
kamu tidak bertanya, ketika diberi kesempatan bertanya?
h)
Apakah
soalnya sulit?
i)
Apakah
materi yang diujikan pernah dijelaskan guru?
j)
Apakah
kamu merasa tidak nyaman ketika guru menjelaskan?
Ketiga, Anda dapat menelaah berbagai
dokumen yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Misalnya, Anda dapat
menelaah tugas/pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh siwa, menelaah hasil
ulangan mereka atau melihat ulang tugas/soal yang Anda berikan.
Beberapa pertanyaan yang dapat
Anda ajukan dalam menelaah dokumen ini antara lain sebagai berikut.
a)
Apakah PR yang saya berikan kepada siswa dipersiapkan dengan
baik sesuai kebutuhan siswa?
b)
Apakah
PR yang saya berikan merupakan tindak lanjut dari konsep yang sedang dikaji,
atau bermanfaat untuk memantapkan pemahaman siswa?
c)
Apakah
saya selalu memeriksa ulangan atau PR yang saya berikan?
d) Apakah saya memberikan balikan atau
saran-saran kepada siswa tentang PR tersebut?
e)
Apakah
PR atau ulangan selalu saya kembalikan?
f)
Apakah
tugas atau soal yang saya berikan sesuai dengan kemampuan siswa?
Sekarang mari kita analisis masalah
di atas satu persatu, agar kita mempunyai gambaran yang jelas cara
mengungkapkan penyebab dari satu masalah pembelajaran.
Contoh
3.5
Misalnya terdapat sejumlah penyebab
rendahnya nilai IPS para siswa.
a) Penjelasan guru terlalu cepat
b) Kurang diberikan contoh konkret yang
mudah dipahami siswa.
c) Guru terlalu banyak ceramah dan
asyik sendiri
d) Guru tidak memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
e) Jika siswa tidak bisa menjawab
pertanyaan guru, guru tidak memberikan tuntunan tetapi melanjutkan pelajaran
f) Guru tidak pernah memberikan tugas
yang ada pada buku sumber
g) Siswa tidak mempunyai buku sumber
h) Siswa tidak pernah mencatat selama
mendengarkan penjelasan guru
Conoh
3.6
Dengan cara yang sama, mari kita
coba mencari penyebab masalah pada Contoh 3.6. Hasil refleksi guru dan
dialognya dengan siswa menunjukkan bahwa siswa sering mengantuk dalam pelajaran
IPA.
a) Guru tidak menggunakan alat peraga
sehingga pelajaran menjadi tidak menarik
b) Selama menjelaskan guru tidak pernah
bertanya
c) Penjelasan guru terlalu abstrak dan
cepat
d) Bahasa yang digunakan guru terlampau sukar
e) Siswa sukar menangkap penjelasan
guru
Itulah beberapa contoh dari akar
masalah yang dapat kita temukan setelah melalui jalan panjang untuk
menyimpulkan bahwa itulah akar masalah yang sebenarnya terjadi dalam proses
pembelajaran. Contoh tersebut hanya sekelumit saja dari masalah pembelajaran
lainnya. Selain itu, rumusan masalah tersebut sebagian besar bertitik
tolak dari kekurangan guru. Namun, di samping maslah yang berasal dari guru,
mungkin saja hasil refleksi/renungan Anda sampai pada kesimpulan bahwa penyebab
rendahnya nilai siswa dalam IPS dan pelajaran lain bukan hanya bersumber dari
kekurangan guru, tetapi juga dari faktor lain. Sehubungan dengan itu, akar
masalah dapat beraneka ragam, baik yang berasal dari kekurangan guru, kondisi
siswa, bahkan mungkin kondisi kelas/lingkungan. Namun semua penyebab tersebut
hendaknya dapat diungkap melalui tga cara yang telah kita bahas di depan. Coba
Anda simak penyebab/akar masalah yang merupakan gabungan dari masalah yang
bersumber dari guru dan dari siswa berikut ini.
Penjelasan guru pada pelajaran IPS tidak jelas dan
sullit ditangkap oleh siswa karena tidak diberikan contoh konkret, guru tidak
memberikan kesempatan bertanya, tidak mengajukan pertanyaan, dan menggunakan
istilah asing yang tidak diberi penjelasan. Selain itu siswa juga tidak
mencatat materi yang diterangkan guru, padahal mereka tidak mempunyai buku
sumber. Oleh karena itu pada setiap saat akan menghadapi ujian siswa selalu
tidak siap karena tidak dapat belajar dengan baik sehingga nilainya rendah.
Akar atau penyebab masalah merupakan
titik tolak dari tindakan perbaikan yang akan dilakukan guru. Jika penyebab ini
tidak ditemukan secara tepat, maka tindakan perbaikan pun tidak akan
berhasil. Hal ini tidak berbeda dengan dokter yang mendiagnosis pasiennya
untuk menemukan penyebab keluhan yang diderita oleh pasien. Jika penyebab
tersebut ditemukan dengan tepat, kemungkinan obat yang diberikan akan manju.
Sebaliknya jika hasil diagnosis penyebab tersebut keliru, maka obat yang
diberikan tidak sesuai, bahkan mungkin menimbulkan penyakit baru.
3.
Merumuskan
Masalah
Setelah melakukan analisis masalah dan
menemukan masalah dan menemukan penyebab atau akar masalah, tiba saatnya kita
merumuskan masalah pembelajaran yang kita hadapi, dalam bentuk masalah
penelitian. Dalam hal ini perlu kita cermati bahwa masalah yang akan dirumuskan
tersebut merupakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian
tindakan kelas. Oleh karena itu, rumusan masalah haruslah memandu guru untuk
melakukan tindakan perbaikan. Dengan perkataan lain, rumusan masalah sudah
menyiratkan apa yang akan dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut.
Sehubungan dengan itu, rumusan masalah selalu dibuat dalam bentuk kalimat tanya
serta mengandung aspek yang akan diperbaiki dan upaya memperbaikinya. Dengan
berpedoman pada ketentuan tersebut, mari kita rumuskan maslah pada Contoh 1.
Bagaimana cara membuat penjelasan
menjadi lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa dan menggunakan alat peraga,
sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS?
Dari rumusan tersebut Anda
dapat melihat bahwa dalam rumusan masalah terkandung tujuan perbaikan
(meningkatkan presatasi siswa dalam pelajaran IPS) dan cara perbaikan yang akan
ditempuh (membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa dan
menggunakan alat peraga). Ini semua tentu terkait dengan penyebab munculnya
masalah yang merupakan hasil dari analisis masalah. Setelah mencermati contoh
tersebut, sekarang mari kita coba menganalisis dan merumuskan masalah dalam
Contoh , yang berbunyi sebagai berikut.
Ketika guru menjelaskan sifat-sifat
benda dalampembelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan
tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Ketika guru bertanya apakah siswa
sudah mengerti, tidak seorang pun siswa yang menjawab. Keadaan seperti ini
telah terjadi berulang kali, hampir pada setiap pelajaran IPA, dan setiap
ulangan, hanya sekitar lima dari 30 orang siswa yang menjawab dengan benar.
2.
MENGEMBANGKAN
ALTERNATIF TINDAKAN
Setelah merumuskan masalah,
selanjutnya yaitu memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Dengan
kata lain, mencoba mencari jawaban sementara dari masalah itu. Jawabana
sementara itu disebut sebagai hipotesis, dalam hal ini hipotesis tindakan.
Untuk menemukan hpotesis ini, dapat mengembangkan berbagai altenatif tindakan.
Dalam mengembangkan alternative
tindakan, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
·
Mengkaji
bernagai teori dan hasil penelitian yang terkait dengan masalah yang kita
hadapi.
·
Berdiskusi
dengan teman sejawat dan pakar bidang ilmu yang relevan.
·
Mengingat
kembali pengalaman kita dalam menangani masalah.
Setelah melakukan hal tersebut, kita
dapat mengembangkan alternative tindakan yang akan diterapkan untuk mengatasi
masalah yang kita hadapi. Mari kita kembangkan alternatif untuk setiap masalah
yang telah dirumuskan.
Masalah 1:
Bagaimana cara membuat penjelasan
lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga
mampu meningkatkan prestasi siswa dalam IPS?
Berdasarkan rumusan masalah 1
tersebut, dapat diformulasikan suatu hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan
adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Tindakan dilakukan dengan cara mengintervensi kegiatan
agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Artinya mengubah kegiatan atau
tindakan yang biasa dilakukan dengan tindakan yang diduga dapat memperbaiki
keadaan. Dengan mengkaji berbagai teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan
pakar, serta mengingat pengalaman yang berkaitan dengan keterampilan menjelaskan,
mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, kita dapat mengembangkan
alternative tindakan. Misalnya dari teori tentang keterampilan menjelaskan kita
tahu bahwa menjelaskan akan menjadi lebih efektif, jika guru: (1) menggunakan
bahasa yang lugas, ucapan yang jelas, kata atau istilah yang dapat dipahami
siswa, (2) menggunakan contoh dan ilustrasi, serta (3)memberikan tekanan pada
kata atau istilah kunci. Dari pendekatan belajar aktif, kita tahu bahwa
keterlibatan optimal siswa akan terjadi jika siswa diberi kesempatan untuk
bertanya, berdiskusi, mengemukakan pendapat, meragakan sesuatu
penguasaan, dan sebagainya. Akhirnya, dari teori menggunakan media atau alat
peraga kita tahu bahwa: (1) alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
atau kompetensi yang ingin dicapai, materi yang dikaji, serta karakteristik
siswa. Dengan mengacu kepada teori-teori tersebut, dan pengalaman kita
selama mengajar, kita dapat menyusun alternative tindakan sebagai berikut:
Hipotesis/ Alternatif Tindakan 1:
Apabila dalam menjelaskan materi
pelajaran IPS, guru menerangkannya desertai dengan memberikan contoh-contoh
konkret, menggunakan alat peraga yang sesuai, tidak menggunakan kata-kata asing
yang sulit dipahami siswa, serta memberi kesempatan bertanya dan berdiskusi
kepada siswa, maka pemahaman siswa akan meningkat.
Hipotesis atau alternative tindakan
1 ini menyiratkan bahwa pemahaman siswa dalam IPS akan meningkat jika guru
menerapkan keterampilan menjelaskan, yaitu mengunakan bahasa yang lugas tanpa
kata-kata asing yang sulit, menggunakan contoh dan alat peraga, serta memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi. Jika guru melakukan itu.
Di asumsikan murid akan tertarik pada pelajran IPS, keaktifan siswa akan
meningkat, yang akhirnya diharapkan pemahaman siswa akan meningkat pula.
Alternative lain untuk membuat
penjelasan mudah dipahami dan meningkatkan keaktifan siswa adalah: meningkatkan
topik yang baru dengan pengalaman siswa, meminta siswa mencari contoh-contoh
dari pengalamanya sendiri, dan meminta siswa bekerja kelompok untuk
mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahanya. Kedua alternative
ini sesuai dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel. Dengan
menerangkan teori ini, kita dapat menyusun hipotesis alternative tindakan 2,
sebagai berikut.
Hipotesis Tindakan 2:
Apabila guru menggunakan kata-kata
asing dan menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia, disertai contoh-contoh
konkret, yang bila perlu menggunakan alat peraga, kemudian siswa diberi tugas
mencari contoh lain dari lingkunganya sendiri dan mendiskusikan masalah dalam
kelompok, maka pemehaman siswa siswa akan meningkat.
Jika dikaji secara cermat, kedua
alternative ini tindakan tersebut hanya berbeda dalam penggunaan kata-kata
asing, serta jenis kegiatan untuk mengaktifkan siswa. Kedua alternatif tersebut
diasumsikan akan mampu meningkatkan prestasi siswa, jika dikerjakan dengan
benar. Dalam menentukan tindakan, guru dapat memilih salah satu alternatif,l
atau bahkan menggabungkannya dengan merumuskan alternatif baru. Penggabungan
ini tentu saja membuat tindakan akan semakin membuat memberi harapan karena
merupakan integrasi segi-segi positif dari dua alternatif. Setelah menetapkan
alternative tindakan, tindakan tersebut perlu kita kaji ulang dengan mencermati
apakah alternative tindakan tersebut sesuai dengan:
ü Teori pembelajaran dan teori
pendidikan,
ü Hasil penilitian yang relevan
ü Hasil diskusi dengan teman sejawat,
para pakar, dan peniliti lainnya
ü Pendapat dan saran pakar pendidikan,
serta
ü Pengalaman guru sendiri dalam
melakukan pembelajaran (tim pelatih, 1999).
Dengan demikian hipotesis tindakan
yang guru rumuskan bukan hanya sekedar jadi, tetapi lebih melalui berbagai
pertimbamgan dan kajian. Selain itu, hipotesis anda harus terukur dan dapat
dilaksanakan.
Setelah guru merumuskan masalah 1,
kita akan mengkajinya sebagai contoh. Dalam alternative tindakan terdapat
beberapa tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Guru menjelaskan materi pelajaran
dengan menggunakan contoh-contoh konkret
1. Guru tidak menggunkan istilah yang
sulit dipahami siswa
2. Guru menjelaskan istilah asing
secara induktif
3. Guru memberi kesempatan bertanya
pada siswa
4. Guru memberikan kepada siswa untuk
mendiskusikan masalah yang dibahas
Ini berarti bahwa kegiatan tersebut
hampir tidak pernah dilakukan oleh guru sebelumnya, dan usaha guru untuk
meingkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tindakan
tersebut adalah tindakan guru dalam usaha perbaikan dalam proses pembelajaran.
Semua tindakan tersebut tampaknya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
diatas. Oleh karena itu, sangat mungkin dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
pembelajaran.
Dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar